Kamis, 30 April 2015

Hubungan Kesehatan Mental dengan Social Support

Menurut WHO, Kesehatan Mental didefinisikan sebagai keadaan dimana individu merasa sejahtera. Ini berarti suatu individu memiliki kemampuan untuk mengatasi situasi yang menekannya dan bekerja secara produktif di lingkungannya. Selain itu, terdapat juga pendekatan mengenai kesehatan mental yang berorientasi pada aspek penyesuaian diri seseorang. Pendekatan ini menyatakan bahwa individu yang sehat secara psikologis/mental adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntuan luar dalam berbagai kondisi. Hal ini didukung oleh Jahoda (dalam Gladstone, 1986, h. 7) yang menyatakan bahwa kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang menyangkut penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan dengan mempertahankan stabilitas diri, juga bila dihadapkan pada kondisi-kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri. Dengan definisi yang lebih konkret dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah kemampuan seseorang untuk berfungsi secara efektif dengan rasa senang mengisi peran sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya dalam satu kelompok.
Dalam hidup, tentunya manusia akan mengalami rasa tertekan, sedih, kecewa, khawatir, takut, dan lain sebagainya. Hal ini akan dialami seiring dengan permasalahan yang terjadi. Tapi tidak bisa dipungkiri, hal tersebut akan terus dirasakan dalam jangka waktu lama dan akan membebani individu yang mengalaminya. Hal ini terjadi dipengaruhi oleh kemampuan individu tersebut mengatasi rasa negatif yang ada dalam dirinya. Tentu ini sangat berkaitan dengan kesehatan mental yang dimiliki suatu individu. Karena setiap individu memiliki kemampuan dan cara yang berbeda dalam mengatasi masalah.
Nah dalam pembahasan ini tentu hububungannya sangat erat dengan social support atau dukungan dari lingkungan (keluarga, sahabat, teman, atau pasangan). Taylor (1995, h.72) menjelaskan, dukungan sosial akan lebih berarti bagi seseorang apabila diberikan oleh orang-orang yang memiliki hubungan signifikan dengan individu yang bersangkutan, dengan kata lain, dukungan tersebut diperoleh dari orangtua, pasangan (suami atau istri), anak dan kerabat keluarga lainnya. Dari beberapa pengertian mengenai dukungan sosial di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial yang berasal dari keluarga sangat penting dalam kehidupan manusia.
Menurut Wills (dalam Cohen dan Syme, 1985) sumber-sumber yang tersedia dalam hubungan interpersonal memainkan peran penting dalam menentukan fungsi adaptif dan kesehatan seseorang. Hal ini diperkuat oleh Chapman, dkk. (1997) yang menyatakan bahwa dukungan sosial secara umum menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis dan secara khusus mempengaruhi kesehatan.



Referensi :


http://psikologikita.com/?q=psikologi/menjaga-kesehatan-mental
 AB Astuti, SW Santosa, MS Utami - Jurnal Psikologi, 2000 - jurnal.psikologi.ugm.ac.id
 MAW Saputri, ES Indrawati - Jurnal Psikologi Undip, 2011 - ejournal.undip.ac.id (http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2910)
 http://eprints.unika.ac.id/13309/1/97.40.2362_Prima_Hastari.pdf

Rabu, 29 April 2015

Fenomena Stres pada Wanita

Sindrom pra menstruasi adalah salah satu gejala yang dialami oleh wanita atau remaja perempuan. Ini adalah kondisi dimana mereka akan mengalami gangguan emosi dan gejala fisik dan terjadi saat sebelum atau sedang menstruasi. Gejala ini akan hilang setelah menstruasi. Menurut Tan (2006), terdapat hubungan yang rumit antara ketidakseimbangan hormon, stres dan kekurangan gizi yang dapat menyebabkan sindrom ini. Peneliti berspekulasi bahwa berlebihan estrogen, progesteron kekurangan, peningkatan prolaktin, aldosterone peningkatan bisa berhubungan dengan gejala PMS.
Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan tertekan atau mengalami ketegangan yang dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah stress. Individu yang mengalami stress akan terganggu siklus kehidupan-nya dan merasakan ketidaknyamanan. Bahkan, stress yang berkelanjutan dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Stres merupakan reaksi tanggung jawab seseorang, baik secara fisik maupun psikologis karna adanya perubahan (Rahajeng,2006). Menurut Banjari (2009) kemarahan, kecemasan dan bentuk lain emosi merupakan reaksi stres. Madhu dan Shridhar (2005) menyatakan ketegangan merupakan respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stressor berupa ketakutan, kemarahan, kecemasan, frustasi atau aktivitas saraf otonom.
Nah dari teori dan penyebab terjadinya stres karena pra menstruasi, dapat dianalis bahwa hormon yang muncul berlebih ketika pra menstruasi atau muncul gangguan disminore akan menyebabkan aktifitas sehari-hari terganggu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stres pada wanita tidak hanya disebabkan karena kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Stres dapat muncul secara natural karena hormon yang berlebih.


Referensi :
http://chatcit.com/gejala-dan-cara-mengatasi-sindrom-pra-menstruasi-pms/
 http://www.news-medical.net/health/Causes-of-Premenstrual-Syndrome-%28PMS%29-%28Indonesian%29.aspx
 http://repository.unand.ac.id/17455/
http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/viewFile/218/pdf_14