Minggu, 29 September 2013

Hakikat Manusia dan Kebudayaan


1. Pengertian


A. Hakikat Manusia

Hakikat manusia adalah peran ataupun fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia. Manusia dikenal sebagai Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial. Manusia merupakan Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan kedudukan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Menurut  PAULA J. C & JANET W. K, manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan. berbeda dengan OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY yang mengatakan bahwa Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

Dalam beberapa pengertian lain Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir. Manusia juga dikatakan sebagai Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian lainnya, manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama. Dr. M. J. Langeveld seorang tokoh pendidikan bangsa Belanda, memandang manusia sebagai Animal Educadum dan Animal Educable, yaitu manusia adalah makhluk yang harus dididik dan dapat dididik. Oleh karena itu, unsur rohaniah merupakan syarat mutlak terlaksananya program-program pendidikan.

 
B. Kebudayaan

Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni..

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.berbeda dengan Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Tokoh di Indonesia Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi berpendapat bahwa kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.


2. Contoh kasus

Budaya Cium Tangan

Jika anda sebagai orang Indonesia dengan budaya timurnya pasti sudah pernah melakukan dan melihatnya. Seperti yang kita tahu betapa luas wilayah negeri kita ini, betapa banyak suku di negeri ini, betapa banyak kebudayaan di negeri ini, dan tidak akan kita jumpai di negara lain. Salah satu budaya/kebiasaan yang mencirikan orang timur adalah Cium tangan. Biasa kita melakukan itu kepada orang yang lebih tua, misal kepada orang tua, kakak, guru, mertua, dosen, dan orang-orang yang kita anggap lebih tua dan patut kita hormati. Meskipun di negara-negara barat cium tangan juga tidak asing, tapi biasanya dilakukan kepada wanita yang ia kasihi, hanya untuk sebagai tanda kasih sayang.

Tapi berbeda dengan Indonesia, di Indonesia sejak kecil sudah diajari untuk mencium tangan orang yang lebih tua. Anda pasti pernah diajari kan saat masih kecil? Tradisi mencium tangan ini sudah turun temurun dari nenek moyang kita. Inilah yang membuat negara kita dikenal sebagai negara dengan penduduk yang ramah.

Adasebuah artikel yang menceritakan tentang guru Australia yang di tugaskan untuk mengajar di Indonesia, mereka sangat kaget saat masuk kelas semua muridnya berjabat tangan dengan mencium tangannya, mereka sangat kagum dengan budaya Indonesia ini, mereka merasa sangat dihormati. Mereka tidak pernah menjumpai hal seperti ini di negaranya.

Salah satu kebiasaan mencium tangan yaitu tradisi sungkem saat lebaran atau saat akad pernikahan, sebagai tanda penghormatan kepada orang tua, mungkin hampir semua anak akan sungkem dan mencium tangan kedua orang tuanya saat lebaran, setelah itu mungkin mencium tangan om, tante, atau sepupu yang lebih tua, dan itu hanya ada di Indonesia.





3. Pembahasan


a. Hubungan hakikat manusia dengan Ilmu Budaya Dasar

Hubungan antara hakikat manusia dengan Ilmu Budaya Dasar tentunya sudah jelas terlihat dari pengertian kebudayaan itu sendiri yang merupakaan sarana dari hasil karya dan kebiasaan manusia yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Dari situ dapat kita simpulkan secara singkat bahwa manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan dan masing-masing tidak dapat berdiri sendiri karena manusia merupakan pelaku dari kebudayaan itu sendri.

Namun tidak sesederhana itu tentunya. Seperti dalam penjabaran mengenai hakikat manusia, bahwa manusia merupakan makhluk Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Yang berarti bahwa manusia selalu hidup bersama dengan sekitar untuk kepentingan pribadinya sendiri. Namun bukan dengan rasa egois masing-masing individu tetapi dengan akal budi yang diberikan oleh Sang Pencipta. Dengan begitu, manusia yang terus berupaya untuk mempertahankan hidupnya, mampu membedakan perilaku baik maupun yang jahat. Kemampuan membedakan hal yang baik dan jahat ini tentu tidak begitu saja dimiliki oleh setiap manusia, mereka perlu adanya didikan tentunya.

Didikan seperti apa yang dimaksud? Tentu saja didikan yang sesuai dengan moral, norma, dan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya itu sendiri. Dengan begitu, manusia diharapkan memiliki keberanian untuk mempertahankan nilai-nilai yang sesuai dengan identitas bangsanya masing-masing, tentunya nilai-nilai positif yang dapat diterimanya dengan penuh tanggungjawab. Begitu pula sebaliknya, mereka dapat dengan tegas menelaah budaya yang dianggap tidak sesuai dengan citra diri bangsa serta menolaknya dengan tegas dan bijak. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar masyarakat dapat menentukan budaya mana yang cocok dan baik untuk dijadikan sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri secara turun temurun, dari generasi ke generasi.




b. Bahasan Kasus

Pada contoh yang saya ambil di atas, dijelaskan bahwa budaya cium tangan sudah menjadi hal unik pada citra bangsa Indonesia. Bahkan menjadi hal yang patut dibanggakan karena selain menjadi kebudayaan khas hal ini juga mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sopan, ramah, dan memiliki tata krama yang kental. Bahkan sampai diceritakan bahwa sebuah artikel membicarakan tentang guru Australia yang di tugaskan untuk mengajar di Indonesia yang mengalami sendiri dan mereka sangat kagum dengan budaya Indonesia ini, mereka merasa sangat dihormati. Mereka tidak pernah menjumpai hal seperti ini di negaranya. Hal ini tentunya menjadi bukti betapa unik dan mahalnya satu kebudayaan kita ini. Dan seperti yang kita ketahui selama ini Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan,

Namun permasalahannya adalah apakah kita mengetahui dengan jelas dan detail setiap kebudayaan yang kita miliki? Dan apakah salah satu kebudayaan yang menjadi contoh kasus di atas masih kita jumpai diseluruh masyarakat Indonesia masa kini? Namun sayangnya tidak semua masyarakat Indonesia mengetahui secara detail bahkan mungkin secara umum.

Seperti yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan yang cangkupannya masih dekat, yaitu lingkungan keluarga inti kita. Masihkah semua masyarakat Indonesia melakukan hal ini? Kebudayaan unik ini sepertinya sudah jarang ditemui di lingkungan sekitar kita bahkan perlahan menghilang. Kita lihat saja di daerah pedesaan, daerah yang banyak orang berfikir bahwa kebudayaan yang dimiliki masih sangat kental. Ternyata setengah bahkan sebagian besar masyarakat pedesaan melupakan kebiasaan cium tangan kepada orang yang lebih tua atau orang yang dihormati. Kebiasaan yang memiliki nilai dan moral yang sangat baik untuk dimiliki. Orang-orang cenderung acuh dengan kebiasaan baik ini, banyak di antara mereka yang tidak peduli dengan rasa hormat.

Hal tersebut tentu sangat berdampak bagi kehidupan moral generasi penerus. Generasi yang diharapkan menjadi tonggak berdirinya bangsa yang maju dan bermoral, namun lupa akan sejarah dan asal-usul negaranya sendiri. Selain itu, melupakan rasa hormat dan sopan santun merupakan permasalahan dasar yang akan menyebarluas kepada permasalahan lain, mungkin bisa dikatakan pada era ini kita mengalami “krisis jati diri bangsa”. Dengan adanya dampak seperti ini, tidak banyak yang menyadari bahwa sebenarnya kita juga lupa akan hakikat kita sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial, dan memiliki akal budi. Tidak disadari bahwa dampak dari melupakan satu kebudayaan akan menyebar menjadi hal yang sangat buruk.

Hal-hal tersebut terjadi karena salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknologi secara pesat di era globalisasi ini. Informasi yang tidak terbatas bisa kita dapatkan dalam waktu sangat singkat dan mudah. Dari situ kita dapat melihat banyak hal yang sejatinya bukan merupakan hal yang cocok dan pantas untuk kita tiru. Namun sayangnya, tidak sedikit dari generasi kita yang justru lebih merasa berpengetahuan, hebat, dan nyaman dengan budaya yang sebenarnya bukanlah “jati diri” kita yang sebenarnya. Dari sinilah, mereka mulai bangga dengan budaya “kebaratan” mereka. Padahal jika kita telaah dengan bijak, informasi yang tidak terbatas itu dapat kita gunakan secara positif tanpa merusak kebudayaan yang sudah ada dalam lingkungan sekitar.

Maka dari itu, dari pembahasan yang telah saya paparkan marilah kita bersama-sama menjaga dan melestarikan setiap kebudayaan yang kita miliki. Kebudayaan yang sebenarnya menjadikan kita sebagai bangsa yang unik dan menarik dengan apa yang kita miliki. Tidak perlu mencari kebudayaan-kebudayaan yang kita anggap modern, tapi setialah terlebih dahulu dari hal terkecil yang bahkan mungkin termudah. Maka, dari situlah kita akan  mampu setia dan menjaga hal-hal yang lebih besar.


sumber : 
http://sman1glagah.com/pengertian-hakikat-manusia/
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_12.html
http://ronanteil.blogspot.com/2012/04/manusia-dan-keadilan.html
http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html 
http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya